Awal pendirian lembaga pendidikan formal di Pulau Solor memang terbilang cukup lambat dibanding dengan pulau sekitarnya. Jika di Larantuka lembaga pendidikan formal telah bermula sejak tahun 1862, maka Sekolah Rakyat di Lamakera baru berdiri hampir seabad kemudian pada tahun 1943. Sikap politis non kooperatif raja Lamakera terhadap kolonial dituding sebagai penyebabnya. Sementara pihak Hindia Belanda sejak 1914 melalui Politik Etis tengah gencar mendirikan lembaga pendidikan untuk kalangan pribumi.
Secara politik kekuasaan, kerajaan Lamakera muncul karena melepaskan diri dari kesultanan Menanga. Kesultanan Menanga sendiri hancur oleh gempuran Belanda. Sebelumnya di bawah perintah Sili Pertawi, Kesultanan Menanga memiliki kaitan yang erat dengan raja-raja berpengaruh di timur Nusantara. Kerajaan Makassar dan kemudian Ternate secara singkat menguasai kepulauan Solor saat konsentrasi Portugis terhadap wilayah koloni melemah. Di negeri asalnya sana, Portugis untuk sementara sedang melebur ke dalam Union Iberia.
Walaupun secara politik tidak sejalan dengan kolonial, raja Lamakera tetap memanfaatkan akses pendidikan yang disediakan. Maka dikirimlah putranya Abdul Syukur Ibrahim Dasi untuk mengenyam pendidikan Belanda di Schacel School selama enam tahun. Usai tuntas masa studi, Abdul Syukur pun kembali dan merintis pendirian Sekolah Rakyat di Lamakera, kampung halamannya.
Di Lamakera, Sekolah Rakyat (SR) pertama didirikan pada masa pendudukan Jepang yaitu pada tahun 1943. Selanjutnya pada tahun 1949, terjadi penambahan kelas IV hingga VI. Untuk menampung lulusan dari SR, pada tahun 1952 hingga 1953 didirikan Sekolah Menengah Islam (SMI). SMI ini kemudian berubah menjadi Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) 4 tahun.
Untuk mengelola lembaga pendidikan yang sudah didirikan, pada tahun 1956 Abdul Syukur bersama tokoh Islam Ende dan Kupang mendirikan Yayasan Tarbiyatul Islamiyah. Mereka pun mendirikan sejumlah besar sekolah PGA di wilayah Flores hingga Kupang. Di kemudian hari, sekolah PGA ini kemudian dinegerikan dan kini berubah menjadi MTs dan MAN. (Teks: Simpet Soge, dari berbagai sumber)